Lord Acton pernah mengemukakan bahwa kekuasaan cenderung merusak dan kekuasaan absolut merusak pula secara absolut. Quote ini seringkali dipakai untuk menjelaskan penyalahgunaan kekuasaan yang mengakibatkan kerusakan-kerusakan termasuk di dalamnya korupsi. Berbagai thesis berkaitan dengan hal ini pun dikemukakan diantaranya kekuasaan yang tersentralistik cenderung akan menyebabkan kerusakan yang sentralistis pula. Semakin besar kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin akan semakin besar pula kekuasaannya untuk memperbaiki suatu keadaan atau memperparah keadaan. Pernyataan yang dikemukakan Acton lebih kepada sistem kekuasaan yang membuat perilaku seorang penguasa menjadi menyimpang, namun demikian kekuasaan itu sendiri meskipun tidak mutlak, tetap akan mengubah pola pikir dan perilaku seseorang dibandingkan jika ia tidak memiliki kekuasaan apapun. Kekuasaan dapat meliputi jabatan yang dimiliki, status pendidikan, dan status sosial di dalam masyarakat. Kekuasaan juga bersifat relatif dan temporer. Manager SDM akan memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan biasa, namun demikian jika dibandingkan dengan Direktur Utama, Manager tersebut tidak memiliki kekuasaan sama sekali.
Dana R. Carney, asisten Professor pada Columbia University Graduate School of Business, mencoba untuk menganalisis lebih lanjut, bagaimanakah sebenarnya peran kekuasaan terhadap individu. Apakah kekuasaan benar-benar membuat individu menjadi buruk ? atau apakah dengan kekuasaan individu akan memiliki persepsi bahwa ketika mereka melakukan kerusakan, hal itu dapat dibenarkan atas nama kekuasaan. Carney mencoba menganalisis hal ini dari sisi emosional, kognitif, dan tekanan fisiologi untuk melakukan tindakan merusak yang dalam hal ini diproksikan dengan berbohong. Hal yang paling menarik dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa individu yang memiliki kekuasaanmerupakan pembohong yang cerdik. Kekuasaan yang dimiliki akan menjadi tools penting untuk menegaskan ke dalam pribadi-pribadi pemilik kekuasaan tersebut bahwa berbohong merupakan sesuatu yang wajar untuk dilakuka dan dengan demikian mereka akan melakukannya tanpa beban sama sekali.
Lebih lanjut, Carney mengemukakan bahwa kekuasaan akan membuat seseorang terpicu untuk berbohong dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menipu orang lain. Mengapa demikian ? Dalam penelitiannya yang berjudul How Power Corrupts: Power Buffers the Emotional, Cognitive, and Physiological Stress of Lying pada tahun 2010, Carney menggunakan indikator kebohongan berupa ekspresi tubuh, akselerasi pengucapan kata-kata, tingkat hormon kortisol dalam tubuh, dan ketidaksesuaian kognitif yang diperlihatkan oleh individu. Ucapan yang jujur tidak memerlukan upaya apapun untuk mengekspresikannya. Ini tentu berbeda sama sekali ketika ucapan yang tidak jujur dilakukan. Ketidakjujuran atas nama kebaikan sekalipun akan berbeda dengan kejujuran yang tulus. Secara psikologis dan fisiologis, orang yang berbohong akan dapat dilihat dari ciri-ciri tertentu seperti pengucapan kata-kata yang lebih cepat dan seringkali berulang, gerakan mata yang tidak fokus ketika memandang lawan bicara, pupil yang membesar, hormon kortisol yang meningkat , ekspresi senyum yang dipaksakan, dsb. Prof. Carney, yang mendalami psikologi individu dalam pengambilan keputusan menyatakan bahwa kekuasaan membuat efek psikologis dan fisiologis inidividu untuk berbohong menjadi rendah. Kebohongan yang seharusnya memiliki konsekuensi negatif dipersepsikan oleh penguasa dapat diredam dengan kekuasaan yang mereka miliki. Dengan demikian individu-individu dengan kekuasaan akan dapat berbohong secara efektif dan secara psikologis mereka sangat siap. Akibatnya, Carney mengemukakan akan sangat sulit untuk membedakan kebohongan yang diselimuti dengan kekuasaan dengan kejujuran yang tulus . Indikator-indikator kebohongan yang dipergunakan nyaris menghasilkan pengukuran yang sama antara penguasa yang berbohong dengan bawahan yang berkata jujur.
Sebagai tambahan analisis yang dilakukan oleh Carney, efek lain dari kekuasaan dapat dilihat dari adanya ciri-ciri fisiologis dari seorang pemimpin atau penguasa. Carney menganalogikan dengan keadaan yang terjadi di dunia satwa, hewan-hewan yang memiliki keunggulan tertentu misalnya Cobra atau Singa akan memiliki gerakan-gerakan tertentu yang mengekspresikan bahwa mereka memiliki kekuatan. Hal yang sama sebenarnya juga terjadi dalam dunia manusia. Individu yang memiliki kekuasaan akan memiliki ciri tertentu baik itu yang bersifat positif maupun negatif untuk menunjukkan eksistensi dirinya kepada orang yang berada pada level dibawahnya bahwa ia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan, wewenang, atau status tertentu.
Menarik untuk mencermati hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Carney, meskipun penelitiannya masih dalam tahap review dan belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Namun demikian intisari yang didapat dari hasil penelitian ini telah dimuat di dalam Harvard Business Review edisi May 2010. Artikel singkat yang berjudul Powerful People Are Better Liar, memberikan gambaran ringkas bagaimana sebenarnya riset yang dilakukan oleh Prof. Carney. Penelitian memang tidak terlepas dari kelemahan dan keunggulan. Penelitian yang dilakukan oleh Carney menggunakan metode eksperimen dengan subyek yang terbatas, sehingga generalisasi yang dilakukan masih perlu dipertanyakan dan diuji lebih lanjut, agar kesimpulan yang dihasilkan lebih robust. Dalam dunia nyata interaksi sosial manusia jauh lebih kompleks dari yang dapat dibayangkan. Manusia bertindak dan berperilaku sesuai dengan interaksi dan lingkungan tempat ia berada yang mengakibatkan preferensinya juga akan berbeda-beda. Faktor-faktor kultural juga perlu mendapatkan perhatian.
Bagaimana jika penelitian ini dilakukan dengan subyek yang berasal dari Indonesia. Menarik memang untuk dicermati. Negeri ini terkenal dengan politisi-politisi yang lips service alias gemar menebar janji-janji palsu (baca: berbohong). Setelah mereka berkuasa, kebiasaan untuk berbohong atas nama rakyat pun semakin menjadi-jadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Carney ini sangat tepat sekali jika ditujukan bagi pemimpin-pemimpin negeri ini.
Carney et al. 2010. How Power Corrupts: Power Buffers the Emotional, Cognitive, and Physiological Stress of Lying
Carney, Dana R. 2010. Powerful People Are Better Liar. Harvard Business Review May 2010
No comments:
Post a Comment