Friday, July 15, 2011

Dua Sekolah Haramkan Hormat Bendera Karena di Anggap Perbuatan Syirik

Dua sekolah di Karang­anyar, Jawa Tengah, menolak prosesi hormat bendera karena menganggap itu

perbuatan syirik yang diharamkan aga­ma. Kedua sekolah ini pun terancam ditutup. Kedua sekolah itu adalah SMP Al Irsyad di Ke­camatan Tawangmangu dan SD Islam Sains dan Teknologi (SD-IST) Al Albani di Keca­ma­tan Matesih. Keduanya tidak mengadakan upacara bendera di setiap hari Senin, seperti layaknya sekolah lain.Kepala SMP Al Irsyad Ta­wangmangu, Sutardi, menegaskan menghormati benda mati, termasuk bendera, sama hal­nya dengan perbuatan syi­rik.
Gerakan hormat, dia sa­ma­kan dengan gerakan i’tidal dalam salat. “Kalau kami me­laksanakan hormat bendera maka itu merupakan kesyiri­kan kepada Allah SWT dan akan membatalkan sebagai muslim. Kami memang tidak mengajarkan kepada anak di­dik untuk menghormat bendera. Kami hanya berikan salah satu pelajaran akidah ke­pada para siswa tidak perlu memberikan cinta, loyalitas dan penghormatan kepada benda mati. Sebab itu adalah syirik,” ujar Sutardi.
Sedangkan Kepala SD IST Al-Albani Matesih, Heru Ich­wanudin, lebih diplomatis dalam memberikan jawaban. Dia mengatakan secara institusi sekolah tetap menaati atu­ran pemerintah. “Tapi secara personal diserahkan kepada individu masing-masing. Di sekolah kami orang tua dan siswa berasal dari berbagai kalangan. Kami juga tetap mengibarkan bendera merah putih, tapi soal menghormat bendera itu hak masing-masing individu,” ujar Heru.
Tentang keengganan dua sekolah yang tak mau menghormat bendera, juga telah diketahui pemerintah setempat. Bupati Karanganyar, Rina Iriani, mengaku sudah ada la­poran soal dua sekolah di Ta­wang­mangu dan Matesih yang tidak menghormat kepada bendera Merah Putih. “Perlu di­sayangkan sikap pendidik di kedua sekolah tersebut ka­rena menyalahi aturan di Indonesia. Sebab, bendera Merah Putih merupakan simbol NKRI,” ujarnya.
Dibina Saja
2 Sekolah Dasar (SD) di Ka­ranganyar melarang siswa­nya hormat kepada bendera merah putih karena dianggap syirik. Wakil Ketua Komisi III DPR, Tjatur Sapto Edi memin­ta para alim ulama untuk mem­berikan pembinaan dan ber­harap agar sekolah tidak ditutup.
Kepala SMP Al Irsyad Ta­wangmangu, Sutardi, menga­ta­kan menghormati benda mati, termasuk bendera sama halnya dengan perbuatan syirik. Gera­kan hormat, dia samakan dengan gerakan i’tidal dalam salat.

No comments: