Beberapa hari ini dinyanyikan lagi Terang Bulan yang sebagian liriknya adalah sebagai berikut:
Terang bulan, terang di kali
Buaya muncul, disangka mati
Jangan percaya, pada lelaki
Lain di mulut, lain di hati
Ternyata, irama lagu ini, persis seperti lagu Kabangsaan Malaysia yang berjudul Negaraku. Lirik lagu kebangsaan Malaysia adalah sebagai berikut:
Negaraku, tanah tumpahnya darahku,
Rakyat hidup, bersatu dan maju,
Rahmat bahagia, Tuhan kurniakan,
Raja kita, selamat bertahkta.
Rahmat bahagia, Tuhan kurniakan,
Raja kita, selamat bertahta
Lagu Terang Bulan direkam oleh Lokananta pada tahun 1956, atau setahun sebelum kemerdekaan Malaysia. Dari kenyataan ini timbul dugaan bahwa lagu kebangsaan Negaraku, adalah adalah bajakan dari lagu Terang Bulan tersebut. Benarkah demikian?
Kalau dilihat dari berbagai referensi, ternyata lagu Negaraku sebelumnya adalah lagu kebangsaan untuk negara bagian Perak.
Sejarahnya adalah begini. Pada saat Malaysia akan menyatakan kemerdekaannya yang terjadi pada 31 Agustus 1957, timbul pertanyaan, Lagu Keangsaannya apa? Memang masing masing sebelas negara bagian yang bergabung dengan Malaysia telah punya Lagu Kabangsaan. Tapi masa harus ke sebelas Lagu Kebangsaan itu dinyanyikan satu per satu sata mengerek bendera. Ini berbeda dengan Indonesia yang saat 17 Agustus 1945 langsung menyanyikan satu Lagu Kebangsaannya sendiri, yaitu Indonesia Raya, dan telah ada sejak tahun 1928 lalu.
Tengku Abdur Rahman, yang saat itu menjadi Perdana Menteri dan juga Menteri Dalam Negeri jajahan, membentuk panitia untuk membuat Lagu Kebangsaan Malaysia. Anggota panitia bukan hanya warga Malaysia sendiri, tapi komponis dari berbagai negara, baik Inggris, Amerika, dan pribumi Malaysia sendiri yaitu Zubir Said yang kemudian menciptakan lagu kebangsaan Singapura. Sayang sekali tim ini gagal menciptakan lagu kebangsaan yang bisa menyentuh hati seperti Indonesia raya saat dinyanyikan pada acara Sumpah Pemuda tahun 1928 lalu.
Akhirnya pada tanggal 5 Agustus 1957, Tengku memutuskan untuk menggunakan irama berasal lagu kebangsaan negara bagian Perak dengan lirik diciptakan bersama sama oleh panitia sebagai lagu Kebangsaan Malaysia. Mengapa yang dipilih adalah lagu kebangsaan negara bagian Perak?
Lagu kebangsaan negara bagian Perak, dengan nama Allah Lanjutkan Usia Sultan, liriknya berasal dari lagu ciptaan orang Perancis, Pierre-Jean de Beranger yang hidup tahun 1780 - 1857. Lagu ini sangat terkenal di pulau Seychelles, negara jajahan Perancis - Inggris, dan sejak tahun 1812 menjadi jajahan Inggris. Sultan Perak yang diasingkan oleh Inggris ke Seychelles setiap hari mendengar lagu itu yang dimainkan dimana mana di pulau Seychelles sehingga iramanya sangat hafal.
Sultan yang bernama Sultan Idris Murshidul’adzam Shah ini kembali ke Malaysia dan menjadi sultan Perak dari tahun 1887 - 1916. Tahun 1901 ketika itu dia menjadi raja Malaysia, saat akan merayakan pengangkatan Raja Edward VII, oleh protokol ditanya, lagu kebangsaan Perak apa? Karena Perak belum punya lagu kebangsaan, tapi tidak mau kelihatan bodoh, dia menggumamkan lagu ciptaan Pierre-Jean de Beranger, kenangan dia saat diasingkan di pulau Seychelles. Seketika itu pula, jadilah lagu itu menjadi lagu kebangsaan negara bagian Perak.
Irama lagu itu memang saat indah, dan ketika diumumkan menjadi lagu kebangsaan Malaysia, seluruh rakyat Malaysia menyetujuinya. Ditambah dengan syairnya yang juga baik, maka lagu itu menggema di hati orang Malaysia. Pernah ada usaha untuk mengubah irama lagu itu, dan itu terjadi pada tahun 1992 dan tahun 2003. Tapi tampaknya rakyat menolak dan usaha pengubahan itu gagal sehingga lagu kebangsaan Malaysia kembali ke semula.
Bangsa Indonesia, yang sejak dulu suka mengambil irama lagu orang lain, mengubah lagu karangan Pierre-Jean de Beranger ini dan menyisipkan syair bertema hubungan muda mudi dan memberi nama Terang Bulan. Jaman dulu memang belum ada istilah plesetan. Tapi kalau dilihat sejarahnya, tampaknya Terang Bulan adalah plesetan dari lagu karangan Pierre-Jean de Beranger dan lagu kebangsaan Perak, Allah Lanjutkan Usia Sultan. Lagu inipun terkenal dan di tahun 1956 direkam di Lokananta, yang beralamat di Solo. Saat ini, Bu Ruktiningsih, pemimpin Lokananta di tv menyatakan ingin menuntut Malaysia karena membajak. Maaf, bu, yang membajak itu siapa?
Yang jelas, kalau kita terhina oleh ulah Malaysia membajak warisan budaya kita, maka kita dengan mengumumkan bahwa lagu Terang Bulan iramanya sama dengan lagu kebangsaan Negaraku, kita juga jelas jelas sudah menghina Malaysia juga. Pertanyaannya, perlukah kita saling menghina?
No comments:
Post a Comment